Selamat Datang diblog hadeye's

Klik link ini..................

Selasa, 12 Februari 2008

KASIH SAYANG dalam ISLAM

Islam sebagai ajaran lengkap dan menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan manusia sejagat memiliki panduan yang ditetapkan Allah SWT guna menjamin kesejahteraan hidup hambanya di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, tidak ada sebab mengapa umat Islam perlu meniru atau mengambil budaya asing sebagai contoh ikutan dalam kehidupan karena Islam sudah lengkap.

Ironisnya, akhir-akhir ini generasi muda begitu mudah terpengaruh dan menerima unsur budaya asing yang datang dari Barat dan Timur, yang hakikatnya tidak diperlukan karena jelas bertentangan dengan Islam.

Rasulullah SAW pernah memberi larangan keras kepada umatnya berkenaan dengan meniru atau melakukan budaya asing melalui sabdanya : “Barang siapa yang melakukan perbuatan menyerupai sesuatu golongan, maka dia termasuk bersama golongan itu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

Jelas daripada maksud hadits Rasulullah SAW bahwa umat Islam dilarang meniru budaya asing yang bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam, apalagi ia turut menjerumuskan mereka ke lembah kemaksiatan.

Oleh itu, mengapa perlu kita mengamalkannya, sedangkan Islam memerintahkan umatnya untuk saling kasih-mengasihi sesamanya sepanjang waktu dan bukannya menetapkan pada hari tertentu atau berkala seperti hari valentine, hari ibu, hari bapak dan sebagainya.

Kasih pada ibu bapak, cinta pada isteri dan sayang pada anak pada hakikatnya terus berlangsung sepanjang hayat masih dikandung badan. Begitu juga kasih sayang sesama umat Islam sewajibnya utuh dan erat sepanjang masa dan diperkukuhkan tali persaudaraan.

Bahkan jika kita tidak bertegur sapa dengan saudara sesama Islam selama tiga hari berturut-turut, hukumnya sudah haram.

Ternyata amalan atau budaya Islam jauh lebih baik daripada budaya asing yang semakin banyak menghiasi pentas kehidupan umat Islam.

Islam menggalakkan umatnya kasih-mengasihi sesama mereka dengan mengamalkan budaya menyebarkan salam, saling bertukar hadiah, ziarah-menziarahi, berorganisasi, dalam suka-duka, turut bersyukur dalam kesenangan dan bersimpati apabila ditimpa musibah.

Rasulullah SAW kerap menziarahi orang sakit dan tidak ketinggalan mengunjungi orang meninggal dunia biarpun berlainan kaum atau agama. Malah, perbedaan agama, kaum atau keturunan tidak menyebabkan permusuhan dan pertengkaran kaum.

Sebaliknya, mereka saling bantu membantu dan bekerjasama untuk membangunkan Madinah ketika itu. Perbedaan aqidah atau agama bukan penghalang ke arah mewujudkan hubungan kemanusiaan yang harmonis dan akrab.

Dalam arti kata lain, berkasih sayang menurut perspektif Islam amat luas dan tidak tertuju hanya kepada golongan tertentu.

Dalam konteks perayaan pula, perlu disadari bahwa perayaan adalah sebaagian daripada ketentuan sebuah agama yang ditetapkan Allah SWT seperti firman-Nya : “Bagi tiap-tiap umat yang ada di antara kamu, Kami jadikan (tetapkan) suatu syariat dan jalan agama (yang wajib diikuti oleh masing-masing).” (Surah al-Ma’idah, ayat 48)

Jelas daripada maksud ayat, umat Islam mempunyai perayaan tersendiri yang ditentukan Allah SWT yaitu Idul Fitri dan Idul adha.

Oleh karena itu, demi memelihara aqidah dan amalan umat Islam dari perkara yang tidak di ridhoi Allah SWT, maka mereka dilarang merayakan dan menyambut perayaan agama kaum lain supaya tidak terperangkap dalam unsur syubhat yang terkandung dalam upacara perayaan mereka.

Walaupun Rasulullah SAW, sahabat dan tabiin bergaul bersama orang Musyrikin, Nasrani, Yahudi dan kaum lain, mereka tidak pernah meraikan, apalagi menyambut hari perayaan bukan Islam.

Tidak cukup dengan dua hari raya besar itu, umat Islam dianjurkan menyambut dan meramaikan hari kebesaran Islam seperti peristiwa Hijrah, Maulidur Rasul, Hari Asyura, Nuzul Qur'an, peristiwa Badar, Isra' dan Mi'raj dan himpunan peristiwa bersejarah yang tercatat dalam lipatan sejarah Islam.

Umat Islam sekarang sewajarnya menyambut dan meramaikan hari kebesaran Islam untuk diambil segala pelajaran dan iktibar dalam usaha mereka memartabatkan kembali mar'uah dan kedudukan sebagai generasi terbaik dan umat teladan yang memancarkan nilai kebaikan kepada umat sejagat.

Islam sudah menyediakan cara hidup cukup lengkap dan sewajarnya mereka berpegang teguh pada ajaran Islam guna mencapai kejayaan.


By : aRief Hadeye


0 komentar: